Selasa, 31 Agustus 2010

Obligasi


Obligasi yang dikeluarkan VOC, pada tahun 1623.
Obligasi adalah suatu istilah yang dipergunakan dalam dunia keuangan yang merupakan suatu pernyataan utang dari penerbit obligasi kepada pemegang obligasi beserta janji untuk membayar kembali pokok utang beserta kupon bunganya kelak pada saat tanggal jatuh tempo pembayaran. Ketentuan lain dapat juga dicantumkan dalam obligasi tersebut seperti misalnya identitas pemegang obligasi, pembatasan-pembatasan atas tindakan hukum yang dilakukan oleh penerbit. Obligasi pada umumnya diterbitkan untuk suatu jangka waktu tetap di atas 10 tahun. Misalnya saja pada Obligasi pemerintah Amerika yang disebut "U.S. Treasury securities" diterbitkan untuk masa jatuh tempo 10 tahun atau lebih. Surat utang berjangka waktu 1 hingga 10 tahun disebut "surat utang" dan utang di bawah 1 tahun disebut "Surat Perbendaharaan. Di Indonesia, Surat utang berjangka waktu 1 hingga 10 tahun yang diterbitkan oleh pemerintah disebut Surat Utang Negara (SUN) dan utang di bawah 1 tahun yang diterbitkan pemerintah disebut Surat Perbendaharan Negara (SPN).
Obligasi secara ringkasnya adalah merupakan utang tetapi dalam bentuk sekuriti. "Penerbit" obligasi adalah merupakan sipeminjam atau debitur, sedangkan "pemegang" obligasi adalah merupakan pemberi pinjaman atau kreditur dan "kupon" obligasi adalah bunga pinjaman yang harus dibayar oleh debitur kepada kreditur. Dengan penerbitan obligasi ini maka dimungkinkan bagi penerbit obligasi guna memperoleh pembiayaan investasi jangka panjangnya dengan sumber dana dari luar perusahaan.
Pada beberapa negara, istilah "obligasi" dan "surat utang" dipergunakan tergantung pada jangka waktu jatuh temponya. Pelaku pasar biasanya menggunakan istilah obligasi untuk penerbitan surat utang dalam jumlah besar yang ditawarkan secara luas kepada publik dan istilah "surat utang" digunakan bagi penerbitan surat utang dalam skala kecil yang biasanya ditawarkan kepada sejmlah kecil investor. Tidak ada pembatasan yang jelas atas penggunaan istilah ini. Ada juga dikenal istilah "surat perbendaharaan" yang digunakan bagi sekuriti berpenghasilan tetap dengan masa jatuh tempo 3 tahun atau kurang . Obligasi memiliki risiko yang tertinggi dibandingkan dengan "surat utang" yang memiliki risiko menengah dan "surat perbendaharaan" yang memiliko risiko terendah yang mana dilihat dari sisi "durasi" surat utang dimana makin pendek durasinya memiliki risiko makin rendah.
Obligasi dan saham keduanya adalah merupakan instrumen keuangan yang disebut sekuriti namun bedanya adalah bahwa pemilik saham adalah merupakan bagian dari pemilik perusahan penerbit saham, sedangkan pemegang obligasi adalah semata merupakan pemberi pinjaman atau kreditur kepada penerbit obligasi. Obligasi juga biasanya memiliki suatu jangja waktu yang ditetapkan dimana setelah jangka waktu tersebut tiba maka obligasi dapat diuangkan sedangkan saham dapat dimiliki selamanya ( terkecuali pada obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah Inggris yang disebut gilts yang tidak memiliki jangka waktu jatuh tempo.


Penerbit obligasi

Penerbit obligasi ini sangat luas sekali, hampir setiap badan hukum dapat menerbitkan obligasi, namun peraturan yang mengatur mengenai tata cara penerbitan obligasi ini sangat ketat sekali. Penggolongan penerbit obligasi biasanya terdiri atas :

Proses penerbitan obligasi

Proses yang umum dikenal dalam penerbitan suatu obligasi adalah melalui penjamin emisi atau juga dikenal dengan istilah "underwriting". Dalam penjaminan emisi, satu atau lebih perusahaan sekuritas akan membentuk suatu sindikasi guna membeli seluruh obligasi yang diterbitkan oleh penerbit dan menjualnya kembali kepada para investor. Pada penjualan obligasi pemerintah biasanya melalui proses lelang.

Minggu, 29 Agustus 2010

Manajemen Konstruksi (MK) & Manajemen Proyek(MP)

Manajemen konstruksi (MK) adalah ilmu yang mempelajari dan mempraktekkan aspek-aspek manajerial dan teknologi industri konstruksi. Manajemen konstruksi juga dapat diartikan sebagai sebuah model bisnis yang dilakukan oleh konsultan konstruksi dalam memberi nasihat dan bantuan dalam sebuah proyek pembangunan.

Construction Management Association of America (CMAA) menyatakan bahwa ada tujuh kategori utama tanggung jawab seorang manajer konstruksi, yaitu perencanaan proyek manajemen, manajemen harga, manajemen waktu, manajemen kualitas, administrasi kontrak, manajemen keselamatan, dan dan praktek profesional.

Dalam prakteknya Manajemen Konstruksi adalah layanan yang sangat baik yang disediakan  untuk mengkoordinasikan dan mengkomunikasikan seluruh proses konstruksi. Sebagai manajer proyek konstruksi  akan menangani semua tahap konstruksi proyek Anda. Pada tahap pra-konstruksi, kita akan melakukan semua yang diperlukan studi kelayakan dan penelitian. Kemudian datang desain dan perencanaan. Setelah spesifikasi arsitektur dan tujuan penjadwalan yang didefinisikan dengan baik, pekerjaan dilanjutkan oleh pembangun dan kontraktor untuk memulai membangun aktual bawah pengawasan yang ketat kami. Menekankan pada independen dari para profesional lain yang terlibat dalam konstruksi. netralitas ini memungkinkan untuk secara objektif dan tidak memihak menyarankan klien pada pilihan consultans dan kontraktor, yang memungkinkan klien untuk mendapatkan manfaat maksimal.

Manajemen proyek(MP) adalah cara mengorganisir dan mengelola sumber penghasilan yang penting untuk menyelesaikan proyek.

Hal pertama yang harus dianggap sebagai manajemen proyek adalah bahwa proyek ini diantarkan dengan batasan yang ada. Hal kedua adalah kemungkinan terbaik distribusi sumber daya. Manajemen proyek adalah seni mengontrol baik hal selama proyek, dari sejak dimulai sampai selesai.

Dalam prakteknya Manajemen Proyek adalah perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan mengendalikan proyek Anda sumber daya untuk mencapai tujuan dan sasaran yang didefinisikan dengan baik.Sebagai manajer proyek, akan menangani semua aspek pengelolaan sumber daya. Pada tahap awal, langkah yang paling penting adalah dua mengidentifikasi kebutuhan dan visi klien. Konsep ini kemudian berkembang ke tahap perencanaan, di mana persyaratan kerja, kuantitas kerja dan sumber daya yang akan diperlukan ditentukan.Pada awal tahap ini, masalah penting karena kompleksitas dari proyek atau kendala waktu mungkin timbul. Kami juga memperhitungkan kemungkinan hambatan seperti persyaratan khusus klien, restrukturisasi organisasi, risiko proyek, perubahan teknologi dan perencanaan ke depan dan harga.Keahlian kami dalam memperoleh izin resmi, penyediaan dana, menganalisis dampak terhadap lingkungan, dan penganggaran akan meringankan beban sebagian besar klien dalam mendapatkan proyek di jalan.Setelah berjalan, proyek tersebut masih perlu dimonitor untuk kemajuan. Kami secara teratur membuat perbandingan antara angka yang sebenarnya untuk prediksi. Setiap kali kita perlu muncul, penyesuaian tertentu dan strategi solusi mungkin harus diambil.Pada keseluruhan, tujuan layanan ini adalah untuk memastikan bahwa keahlian unik kami berhasil akan mengubah visi proyek Anda menjadi kenyataan dalam anggaran, tepat waktu, pada tingkat performanceltechnology diinginkan, sementara memanfaatkan sumber daya yang ditugaskan paling efektif dan efisien.



Philosophy 


Peran Consultant Manajemen konstruksi (MK) dalam menangani proyek mungkin sebanding dengan seorang dalang, yang puppetmaster dalam kinerja wayang kulit tradisional Jawa.
Dengan ketangkasan besar, dalang wayang mengoperasikan, kadang-kadang bermain secara bersamaan beberapa charactes di tangan masing-masing. Dia menyebutkan bagian dari masing-masing karakter, mengatur tempo bercerita, kadang-kadang memberikan sinyal untuk orkestra gamelan, penyanyi dan seluruh rombongan untuk dukungan dramatis mereka sebagai plot thickens. Sepertinya dia prossess tekad yang kuat dan daya tahan untuk menyelesaikan tugas-Nya, serta presisi tinggi dalam mengendalikan setiap detail acara, yang biasanya dimulai awal di malam hari dan berlangsung sampai subuh.
Sangat menarik untuk dicatat bahwa meskipun dia adalah master acara, sepanjang waktu tetap rendah hati dalang di balik layar panggung. Hanya bayangan dramatis dilemparkan oleh "wayang kulit-nya" yang terlihat sebagai bukti kenangan kerja yang sangat bagus.Demikian pula, sekali bintara,
Consultant Manajemen konstruksi (MK) memiliki tanggung jawab untuk mengelola dan berhasil membawa proyek klien untuk penyelesaian dalam anggaran yang ditetapkan dan jangka waktu. Rincian menit penjadwalan dan membawa semua komponen ke dalam bermain harus terus-menerus dipantau dan dikendalikan, dengan upaya yang tampaknya luar biasa. Tingkat kreativitas yang tinggi dan kecerdikan diperlukan untuk mengantisipasi perubahan kritis selama pelaksanaan proyek yang mungkin permintaan improvisasi. Ironisnya, ketika selesai, suatu konstruksi biasanya menarik pujian pujian masyarakat untuk arsitek, kontraktor pembangun dan insinyur, tapi jarang ke belakang panggung konsultan proyek.

Situs Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah

1. Portal Pengadaan Pemprop Kaltim :
http://lpse.kaltimprov.go.id/eproc/app

2. Portal Pengadaan Nasional :
http://www.inaproc.lkpp.go.id/inaproc/app

Tata cara perhitungan struktur beton
untuk bangunan gedung Berdasar SNI 2002
http://www.untarconstruction.com/artikel%20file%20konstruksi/SNIBETON.pdf

Pengelolaan Sanitasi 
http://sanitasi.or.id/Menjaga Septic Tank Berfungsi Baik

Sabtu, 28 Agustus 2010

Prestressed structures

There are the following basic types of prestressing:

  • Pre-compression (mostly, with the own weight of a structure)
  • Pretensioning with high-strength embedded tendons
  • Post-tensioning with high-strength bonded or unbonded tendons

Prestressed concrete

Prestressed concrete is a method for overcoming concrete's natural weakness in tension.[1][2] It can be used to produce beams, floors or bridges with a longer span than is practical with ordinary reinforced concrete. Prestressing tendons (generally of high tensile steel cable or rods) are used to provide a clamping load which produces a compressive stress that offsets the tensile stress that the concrete compression member would otherwise experience due to a bending load. Traditional reinforced concrete is based on the use of steel reinforcement bars, rebars, inside poured concrete.
Prestressing can be accomplished in three ways: pre-tensioned concrete, and bonded or unbonded post-tensioned concrete.

Pre-tensioned concrete


Stressed ribbon pedestrian bridge, Grants Pass, Oregon, USA
Pre-tensioned concrete is cast around already tensioned tendons. This method produces a good bond between the tendon and concrete, which both protects the tendon from corrosion and allows for direct transfer of tension. The cured concrete adheres and bonds to the bars and when the tension is released it is transferred to the concrete as compression by static friction. However, it requires stout anchoring points between which the tendon is to be stretched and the tendons are usually in a straight line. Thus, most pretensioned concrete elements are prefabricated in a factory and must be transported to the construction site, which limits their size. Pre-tensioned elements may be balcony elements, lintels, floor slabs, beams or foundation piles. An innovative bridge construction method using pre-stressing is described in Stressed ribbon bridge.

Kamis, 26 Agustus 2010

Karya Putra Indonsia yang telah dipatenkan

1. Konstruksi Cakar Ayam
Merupakan salah satu rekayasa keteknikan di bidang pondasi, hasil temuan Prof. Dr. Ir. Sedijatmo. Kostruksi ini terdiri dari plat beton bertulang dengan tebal 10 - 12 cm di dan bagian bawahnya diberi pipa-pipa beton bertulang yang menempel kuat pada plat tersebut. Mirip seperti akar serabut pada tanaman kelapa yang dapat tumbuh tinggi menjulang di pantai berpasir yang daya ikatnya rendah, pile atau pipa-pipa beton mencengkeram ke dalam tanah dan plat betonnya mengikat pile-pile tersebut sehingga menjadi satu kesatuan yang monolit.
Dasar pemikiran Iahirnya pondasi cakar ayam ialah memanfaatkan tekanan tanah pasif, yang pada sistem pondasi lain tak pernah dihiraukan. Plat beton yang tipis itu akan mengambang di permukaan tanah, sedangkan kekakuan plat ini dipertahankan oleh pipa-pipa yang tetap berdiri akibat tekanan tanah pasif. Dengan demikian maka plat dan konstruksi di atasnya tidak mudah bengkok.
Bagi daerah yang bertanah lembek, pondasi cakar ayam tidak hanya cocok untuk mendirikan gedung, tapi juga untuk membuat jalan dan landasan. Satu keuntungan lagi, sistem ini tidak memerlukan sistem drainasi dan sambungan kembang susut.
Banyak bangunan yang telah menggunakan sistem yang di ciptakan oleh Prof Sedijatmo ini, antara lain: ratusan menara PLN tegangan tinggi, hangar pesawat terbang dengan bentangan 64 m di Jakarta dan Surabaya, antara runway dan taxi way serta apron di Bandara Sukarno-Hatta Jakarta, jalan akses Pluit-Cengkareng, pabrik pupuk di Surabaya, kolam renang dan tribune di Samarinda, dan ratusan bangunan gedung bertingkat di berbagai kota.
Sistem pondasi cakar ayam ini telah pula dikenal di banyak negara, bahkan telah mendapat pengakuan paten internasional di 11 negara, yaitu: Indonesia, Jerman Timur, Inggris, Prancis, Italia, Belgia, Kanada, Amerika Serikat, Jerman Barat, Belanda; dan Denmark.



Dalam mendirikan bangunan-bangunan gedung, jalan-jalan dan landasan pesawat terbang di Indonesia (juga diluar negeri) kita sering menjumpai keadaan-keadaan tanah yang menyulitkan, antara lain keadaan tanah yang terlalu lembek, sehingga tanpa cara-cara yang khusus kita tidak dapat membangun diatasnya. Cara-cara yang khusus ini biasanya mahal biayanya dan/atau memakan waktu yang tidak sedikit, misalnya mengadakan perbaikan tanah, membuat pondasi sumuran, pondasi caisson, pondasi tiang pancang dsb.
Maka uhtuk mengatasi persoalan ini oleh Prof.Dr. Ir. Sedijatmo telah ditemukan suatu cara yang relatif tidak mahal dan tidak memakan waktu, pembuatannyapun tidak sulit, dan tidak memerlukan alat-alat yang khusus dan tinggi harganya. Cara baru ini dinamakan oleh penemunya "Pondasi Cakar Ayam" dan terdiri dari pelat beton bertulang yang tebalnya 10 s/d 12 cm dan dibagian bawahnya diberi pipa-pipa beton bertulang pula yang menempel kuat-kuat pada pelat beton tersebut.

Diameter pipa biasanya diambil 1,20 @ 1.50 meter dan panjangnya antara 1.50 @ 3.00 meter, sedangkan tebalnya pipa biasa diambil 8 cm."Pipa-pipa beton tsb, dimasukkan kadalam tanah yang (biasanya) lembek dan pelat betonnya berada disebelah atasnya. Pelat beton itu akan mengapung diatas tanah lembek dan pipa-pipa beton yang masuk dalam tanah itu menjaga agar pelat diatasnya tetap datar dan kaku. Pelat ini meskipun tipis namun ia bisa mencapai kekakuan (stiffness) yang besar karena pipa beton yang ada di bawahnya, dan pipa-pipa beton ini mengambil kekuatannya dari sifat-sifat tanah yang dikenal sebagai “passieve gronddruk” suatu sifat yang pada systeem pondasi lain tak pernah dimanfaatkan, Dengan demikian maka jumlah materiaal yang digunakan dapat direduccer sebesar-besarnya.
Pada dasarnya systeem Cakar Ayam ini dapat digunakan untuk segala macam keadaan tanah, dari yang terlembek sampai kepada yang terkeras. Hanya dari sudut biaya maka penggunaannya akan sangat ekonomis dibanding dengan systeem lain apabila daya-tahan-tanah yang diizinkan (toe te laten draagvermogen) terletak antara 0,15 kg/ cm2 sampai 0,35 kg/cm2 atau 1,5 ton/m2 sampai 3,5 ton/m2.

Untuk keadaan tanah semacani ini pemakaian beton keseluruhannya (pelat dan pipa-pipa) akan sebesar 0,25 s/d 0,30 m3/m2 pelat dengan tulangan tidak lebih dari 90 kg/m3 beton. Cara memasangnyapun sangat sederhana dan dapat dilakukan oleh setiap pemborong yang pernah mengerjakan pekerjaan beton bertulang.
Sebagai contoh pelat pondasi Cakar Ayam seluas 2.300 m2 di Semarang selesai dikerjakan dalam waktu 3 bulan dengan baik oleh pemborong kelas menengah.
Hingga kini pondasi Cakar Ayam telah dipakai dengan succes untuk antara lain:
2 bh. hanggar dengan bentang 64 m10-bh. hoogepanningsten P.L.N.
2 bh. Watertorens
1 bh. Scheepshelling di Tg. Priok.
1 bh. Gereja Katolik di Jakarta.
2 bh. pondasi diesel generator
4. bh. pondasi Pusat Tenaga Listrik; Gas di Palernbangl bh. kantor Doane ( Bea Cukai) di Semarang 1 bh. gedung Bank Indonesia di Pakanbaru
1 bh, repair-sation IDA di Godong, Semarang1 Jembatan di Situnggak, Indramayu high tension towers P.L.N. di Gresik, Surabaya 1 gedung P.L.N. bertingkat tiga di Menteng, Jakarta1 hanggar Pertamina di Kmayoran, Jakarta high tension tower di Banjarmasin
high tension tower di Palembang
1 bonded Warehouse II di Ancol 'Tg. Priok'
Dan sekarang sedang dikerjakan pondasi Cakar Ayam. ini untuk : -pabrik Kompos di Surabaya
-perluasan kantor Pertamina di Palembang.

Sebagaimana disebutkan diatas pipa-pipa yang ada dibawah pelat merupakan alat2 pengkaku pelat (Slab stiffeners)dan bukan merupakan alat-alat penumpu pelat, (slab supporters) karena apabila ada settlement pada pelat pipa-pipa juga akan turut turun.
Jadi kalau dibanding dengan pelat dengan balok-penguat maka balok penguat itulah. yang-dilakukan oleh pipa-pipa tersebut. Bedanya ialah bahwa balok penguat tidak memanfaatkan tekanan tanah pasif, sedangkan pipa Cakar Ayam justru mengexploitir adanya tekanan tanah pasif tersebut. Dari pemikiran ini saja sudah dapat dipahami bahwa volume beton pada pipa Cakar Ayam akan kurang (less) jika dibandingkan volume beton pada pipa penguat yang berarti akan lebih ekonomis.
Prinsip kerjanya Cakar Ayam dapat dipahami dari gambar dan perhitungan berikut:

Gambar dan uraian diatas dapat dipahami bahwa pelat akan tetap kaku berkat tekanan pasip yang ada dan ukuran-ukuran dari masing bagian konstruksi dapat ditentukan dari rumus tersebut

Juga tampak bahwa sifat2 phisik tanah (physical properties) menentukan cara positif ukuran-ukuran tersebut.
Luas pelat ditetapkan dari perbandingan muatan dan daya dukung tanah yang diizinkan, yang pada konstruksi jalan maupun runways sama sekali tidak menimbulkan kesulitan. Penurunan pondasi dapat dihitung dengan formula-logaritma sbb.:

Z= ∑ h/c 2,3 log ᵟk2/ᵟk1
Dari pengalaman kami yang sudah kami lakukan pada bangunan-bangunan gedung rumus settlement tersebut adalah cukup teliti (reliable). Dibandingkan dengan perhitungan konstruksi pondasi untuk bangunan gedung, maka perhitungan untuk keperluan runways maupun jalan-jalan raya adalah jauh lebih mudah karena muatan yang diatasnya adalah kecil. Sebagai contoh muatan pada runway yang mampu untuk menahan pesawat Jumbo Jet(Boeing 747) tidak akan melebihi 1 ton/m2 dan untuk jalan raya klas 1 tidak melebihi 0,5 ton/m2. Pula untuk kapasitas runway dikemudian hari juga tidak terlalu sulit pelaksanaannya karena hanya dengan menambah tebalnya pelat beton sesuai dengan kebutuhan peningkatan. Sebagai contoh untuk landasan lapangan terbang Banjarmasin kita pergunakan pipa tengah sepanjang 1,80 m, pipa tepi 2,00 m, dan tebal pelat 10 cm sedangkan untuk runway Cengkareng ( 2x3600 mx 60 m) cukup kita pergunakan panjang pipa yang sama hanya tebal pelat yang menjadi 15 cm tebal pelat-pelat tsb, sebaiknya ditambah dengan lapisan hot mixed asphalt sebagai lapisan aus setebal 4 @ 5 cm .

Jikalau pada runway yang konvensionil hanya sebagian dari runway yang dibawah roda yang mendukung muatan, maka pada systeem Cakar Ayam secara teoritis seluruh runway ikut mendukungnya, tetapi dalam perhitungan kita ambil sebagian saja dari pada runway yang berdekatan dengan lokasi pesawat terbang. Jadi pada Cakar Ayam ini luas bagian runway yang mendukung menyesuaikan diri dengan muatan yang ada diatasnya, suatu sifat yang tidak ada pada runway system konvensionil maupun jenis pondasi lainnya.
Terhadap benturan kapal terbang pada landasan,pada waktu kapal terbang mendarat, tidak akan mempengaruhi konstruksi ini karena shock tersebut sebagian besar telah "dimatikan” oleh pegas dan shock-absorber landing gear maupun ban udara yang ada dibawahnya. Bila benturan terlalu besar maka pesawat akan mengalami kerusakan lebih dahulu. Secara teoritis maka pelat untuk runway ini tidak perlu memerlukan sambungan dillatatie sehingga tidak menimbulkan benturan kecil pada roda yang terdapat pada runway beton bertulang yang bersambungan.
Untuk keperluan maintenance dillatatie ini bisa diadakan pada jarak-jarak 100 m.
.
Pengaruh dari pada perbedaan suhu telah diperhitungan didalam penentuan tulangan pelat. Mungkin Saudara-Saudara ingin mehgetahui berapa % penghematan apabila kita membuat runway Cakar Ayam dibanding dengan runway konvensionil. Dari perhitungan biaya yang telah dibuat untulk keperluan lapangan terbang Sjamsudin Noor Banjarmasin kita sampai kepada angka-angka sbb.
Conventional Cakar Ayam
Rp. 100 A Rp. 68 A- ( biaya) .
470 hari 255 hari ( waktu konstruksi)
Pes. DC. 9 Pes. DC.8 (daya dukung)
Biasa minim (maintenance)
Demikianlah ringkasan dari pada penjelasan kami dan apabila ada hal-hal yang masih belum jelas maupun memuaskan kami bersedia menjelaskannya setiap waktu.

* Pemegang hak Paten :PT CAKAR BUMI



2.Pondasi Sarang Laba-Laba
Kondisi tanah yang memiliki daya dukung rendah atau kurang baik memerlukan perhatian lebih dalam hal konstruksinya, baik berupa bagunan gedung, bandara dan lain-lain. Baru-baru ini telah ditemukan suatu konstruksi yang masuk dalam katagori pondasi dangkal, konstruksi ini diyakini dan telah dibuktikan mampu bertahan pada kondisi tanah dengan daya dukung rendah dan ini adalah temuan anak negeri kita. Seperti apa konstruksi itu? Apa saja keuntungannya?

Konstruksi yang diberi nama konstruksi sarang laba-laba (KSLL) ini ditemukan pada tahun 1976 oleh Ir. Ryantori dan Ir. Sutjipto dan didalam pengembangan, pemasaran dan pelaksanaannya dipegang oleh PT. KATAMA SURYABUMI yang telah mematenkannya pada Departemen Hukum dan Ham RI/ HAKI dengan sertifikat paten No.ID. 0 018808.

KSSL yang merupakan karya putra bangsa memiliki teknologi pembangunan yang dirancang terdiri dari plat tipis yang diperkaku dengan rib-rib tipis dan tinggi yang saling berhubungan membentuk segitiga-segitiga yang diisi dengan perbaikan tanah sehingga menjadi satu kesatuan komposit konstruksi beton bertulang dan tanah yang kokoh atau kuat, kaku dan mampu menyebarkan semua gaya secara merata ke tanah pemikul serta mampu menerima gaya lateral akibat gempa.

Pondasi ini memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan pondasi konvensional yang lain diantaranya yaitu KSSL memiliki kekuatan lebih baik dengan penggunaan bahan bangunan yang hemat dibandingkan dengan pondasi rakit (full plate) lainnya, mampu memperkecil penurunan bangunan karena dapat membagi rata kekuatan pada seluruh pondasi dan mampu membuat tanah menjadi bagian dari struktur pondasi, berpotensi digunakan sebagai pondasi untuk tanah lunak dengan mempertimbangkan penurunan yang mungkin terjadi dan tanah dengan sifat kembang susut yang tinggi, menggunakan lebih sedikit alat-alat berat dan bersifat padat karya, waktu pelaksanaan yang relatif cepat dan dapat dilaksanakan secara industri (pracetak), lebih ekonomis karena terdiri dari 80% tanah dan 20% beton bertulang dan yang paling penting adalah ramah lingkungan karena dalam pelaksanaan hanya menggunakan sedikit menggunakan kayu dan tidak menimbulkan kerusakan bangunan serta tidak menimbulkan kebisingan disekitarnya.

Selain digunakan sebagai pondasi bangunan bertingkat tanggung (12 lantai), KSSL juga telah diaplikasikan untuk pembangunan infrastruktur seperti bandara khususnya untuk konstruksi Runway, Taxiway dan Apron, seperti yang saat ini sedang dikerjakan di bandara Juwata dan pembangunan Apron untuk pangkalan TNI AU di Tarakan, Kalimantan Timur. Penghargaan sebagai Pemenang Lomba Karya Konstruksi Tahun 2007 untuk Kategori Teknologi Konstruksi yang diselenggarakan oleh Departemen Pekerjaan Umum tahun lalu akan lebih memiliki arti lagi bila adanya kesadaran dari pihak praktisi bisnis di bidang konstruksi Indonesia untuk mengaplikasikannya sebagai wujud kebanggaan akan karya cipta Bangsa Indonesia dan juga berusaha untuk mensosialisasikannya di tingkat international untuk menjadikan Pondasi KSSL sebagai Prestasi Dunia Dari Indonesia, akan tetapi untuk mewujudkan itu semua memerlukan dukungan dari berbagai pihak khususnya dalam hal ini pemerintah.



Rabu, 25 Agustus 2010

Dermaga & Pelabuhan

Dermaga adalah tempat kapal ditambatkan di pelabuhan. Pada dermaga dilakukan berbagai kegiatan bongkar muat barang dan orang dari dan keatas kapal.
Di dermaga juga dilakukan kegiatan untuk mengisi bahan bakar untuk kapal, air minum, air bersih, saluran untuk air kotor/limbah yang akan diproses lebih lanjut di pelabuhan.

Jenis demaga

  1. Dermaga barang umum, adalah dermaga yang diperuntukkan untuk bongkarmuat barang umum/general cargo keatas kapal.
  2. Dermaga peti kemas, dermaga yang khusus diperuntukkan untuk bongkar muat peti kemas. Bongkar muat peti kemas biasanya menggunakan kran (crane)
  3. Dermaga curah, adalah dermaga yang kusus digunakan untuk bongkar muat barang curah yang biasanya menggunakan ban berjalan (conveyor belt)
  4. Dermaga khusus, adalah dermaga yang khusus digunakan untuk mengangkut barang khusus, seperti bahan bakar minyak, bahan bakar gas dan lain sebagainya.
  5. Dermaga marina, adalah dermaga yang digunakan untuk kapal pesiar, speed boat.
  6. Demaga kapal ikan, adalah dermaga yang digunakan oleh kapal ikan

Buruh pelabuhan yang sedang menambatkan kapal di dermaga.


Kapal Pelni yang sedang ditambat di Dermaga Benoa, Bali

Type dermaga

Dermaga ‘quay wall’

Terdiri struktur yang sejajar pantai, berupa tembok yang berdiri diatas pantai, konstruksi sheet pile baja/beton atau caisson beton. Biasanya dilokasi pantai tidak landai yang sering disebut sebagai pelabuhan alam sehingga kedalaman yang diinginkan tidak terlalu jauh dari garis pantai.

Dermaga ‘dolphin’

Tempat sandar kapal berupa dolphin diatas tiang pancang. Biasanya dilokasi dgn pantai yang landai, diperlukan jembatan trestel sampai dengan kedalaman yang dibutuhkan.

Dermaga system Jetty

Dapat berupa dermaga apung umumnya digunakan untuk kapal-kapal penumpang pada dermaga angkutan sungai/danau yang tidak membutuhkan konstruksi yang kuat untuk menahan muatan barang yang akan diangkut dengan kapal.

Dermaga Peti kemas
Peti kemas (Ingggris: ISO container) adalah peti atau kotak yang memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan International Organization for Standardization (ISO) sebagai alat atau perangkat pengangkutan barang yang bisa digunakan diberbagai moda, mulai dari moda jalan dengan truk peti kemas, kereta api dan kapal petikemas laut.

Standar

Berat

Berat maksimum peti kemas muatan kering 20 kaki adalah 24,000 kg, dan untuk 40 kaki (termasuk high cube container), adalah 30,480 kg. Sehingga berat muatan bersih/payload yang bisa diangkut adalah 21,800 kg untuk 20 kaki, 26,680 kg untuk 40 kaki.

Ukuran

Ukuran peti kemas standar yang digunakan ditampilkan dalam tabel berikut:

Peti kemas 20 kaki Peti kemas 40 kaki Peti kemas 45 kaki
inggris metrik inggris metrik inggris metrik
dimensi luar panjang 19' 10½" 6.058 m 40′ 0″ 12.192 m 45′ 0″ 13.716 m
lebar 8′ 0″ 2.438 m 8′ 0″ 2.438 m 8′ 0″ 2.438 m
tinggi 8′ 6″ 2.591 m 8′ 6″ 2.591 m 9′ 6″ 2.896 m
dimensi dalam panjang 18′ 10 5/16" 5.758 m 39′ 5 45/64 12.032 m 44′ 4″ 13.556 m
lebar 7′ 8 19/32 2.352 m 7′ 8 19/32 2.352 m 7′ 8 19/32 2.352 m
tinggi 7′ 9 57/64 2.385 m 7′ 9 57/64 2.385 m 8′ 9 15/16 2.698 m
bukaan pintu width 7′ 8 ⅛″ 2.343 m 7′ 8 ⅛″ 2.343 m 7′ 8 ⅛″ 2.343 m
tinggi 7′ 5 ¾″ 2.280 m 7′ 5 ¾″ 2.280 m 8′ 5 49/64 2.585 m
volume 1,169 ft³ 33.1 m³ 2,385 ft³ 67.5 m³ 3,040 ft³ 86.1 m³
berat kotor 52,910 lb 24,000 kg 67,200 lb 30,480 kg 67,200 lb 30,480 kg
berat kosong 4,850 lb 2,200 kg 8,380 lb 3,800 kg 10,580 lb 4,800 kg
muatan bersih 48,060 lb 21,800 kg 58,820 lb 26,680 kg 56,620 lb 25,680 kg

Intermodality


Suatu kereta api intermodal yang mengangkut peti kemas
Salah satu keunggulan angkutan peti kemas adalah intermodalitynya dimana peti kemas bisa diangkut dengan truk peti kemas, kereta api dan kapal petikemas. Hal inilah yang menyebabkan peralihan angkutan barang umum menjadi angkutan barang dengan menggunakan peti kemas yang menonjol dalam beberapa dekade terakhir ini. Hal ini juga terlihat pada pelabuhan-pelabuhan kecil yang sudah menunjukkan trend peralihan ke peti kemas karena alasan keekonomian terutama dalam kaitannya kecepatan bongkar muat dan biaya yang lebih rendah.

Jenis Peti Kemas


Kereta api yang sedang menarik peti kemas tangki 20 kaki yang berdampingan dengan petikemas barang umum
Berbagai variasi bentuk peti kemas digunakan untuk barang-barang yang spesifik namun menggunakan ukuran yang standar untuk mempermudah handling dan perpindahan moda angkutan.
Jenis peti kemas
  • Peti kemas barang umum untuk diisi kotak-kotak, karung, drum, palet dls, jenis yang paling banyak digunakan
  • Peti kemas tabung gas
  • Peti kemas tangki untuk curah cair
  • Peti kemas berventilasi untuk barang organik yang membutuhkan ventilasi
  • Peti kemas Generator
  • Peti kemas berpendingin
  • Peti kemas terbuka untuk pengakutan barang curah
  • Peti kemas yang diperlengkapi dengan isolasi
  • Peti kemas dengan pintu disamping
  • Collapsible ISO
Jenis peti kemas Tabung gas, tangki, generator biasanya tidak dilengkapi dengan dinding samping, depan belakang dan atas.

Pelabuhan

Pelabuhan adalah sebuah fasilitas di ujung samudera, sungai, atau danau untuk menerima kapal dan memindahkan barang kargo maupun penumpang ke dalamnya. Pelabuhan biasanya memiliki alat-alat yang dirancang khusus untuk memuat dan membongkar muatan kapal-kapal yang berlabuh. Crane dan gudang berpendingin juga disediakan oleh pihak pengelola maupun pihak swasta yang berkepentingan. Sering pula disekitarnya dibangun fasilitas penunjang seperti pengalengan dan pemrosesan barang. Peraturan Pemerintah RI No.69 Tahun 2001 mengatur tentang pelabuhan dan fungsi serta penyelengaraannya.

Jenis Pelabuhan

(Berdasarkan PP N.69 Tahun 2001)

a. Alamnya

  • Pelabuhan terbuka, kapal dapat merapat langsung tanpa bantuan pintu air.
  • Pelabuhan tertutup, kapal masuk harus melalui pintu air seperti dapat kita temui di Liverpool, Inggris dan terusan Panama.

b. Pelayanannya

  • Pelabuhan Umum, diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat yang secara teknis dikelola oleh Badan Usaha Pelabuhan (BUP).
  • Pelabuhan Khusus,dikelola untuk kepentingan sendiri guna menunjang kegiatan tertentu, baik instansi pemerintah, seperti TNI AL dan Pemda Dati I/Dati II, maupun badan usaha swasta seperti, pelabuhan khusus PT BOGASARI yang digunakan untuk bongkar muat tepung terigu.

c. Lingkup Pelayaran

  • Pelabuhan Internasional Hub, utama primer yang melayani nasional dan internasional dalan jumlah besar. dan merupakan simpul dalam jaringan laut internasional.
  • Pelabuhan International, utama sekunder yang melayani nasional maupun internasional dalam jumlah besar yang juga menjadi simpul jaringan transportasi laut internasional.
  • Pelabuhan Nasional, utama tersier yang melayani nasional dan internasional dalam jumlah menengah.
  • Pelabuhan Regional,pelabuhan pengumpan primer ke pelabuhan utama yang melayani secara nasional.
  • Pelabuhan Lokal, pelabuhan pengumpan sekunder yang melayani lokal dalam jumlah kecil.

d.Perdagangan Luar Negeri

  • Pelabuhan Ekspor
  • Pelabuhan Impor

e.Kapal yang Diperbolehkan Singgah

  • Pelabuhan Laut, Pelabuhan yang boleh dikunjungi kapal negara-negara sahabat.
  • Pelabuhan Pantai, pelabuhan yang hanya boleh dikunjungi kapal nasional.

f.Wilayah Pengawasan Bea Cukai

  • Custom port, adalah wilayah dalam pengawasan bea cukai.
  • Free port. adalah wilayah pelabuhan yang bebas diluar pengawasan bea cukai.

g.Kegiatan Pelayarannya

  • Pelabuhan Samudra, contoh: Pelabuhan Tanjung Priok.
  • Pelabuhan Nusantara, contoh: Pelabuhan Banjarmasin.
  • Pelabuhan Pelayaran Rakyat, contoh: Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta.

h. Peranannya

  • Transito, pelabuhan yang mengerjakan kegiatan transhipment cargo, seperti Pelabuhan Singapura.
  • Ferry, pelabuhan yang mengerjakan kegiatan penyebrangan, seperti Pelabuhan Merak.

Kata pelabuhan laut digunakan untuk pelabuhan yang menangani kapal-kapal laut. Pelabuhan perikanan adalah pelabuhan yang digunakan untuk berlabuhnya kapal-kapal penangkap ikan serta menjadi tempat distribusi maupun pasar ikan.
Klasifikasi pelabuhan perikanan ada 3, yaitu: Pelabuhan Perikanan Pantai, Pelabuhan Perikanan Nusantara, dan Pelabuhan Perikanan Samudera.
Di bawah ini hal-hal yang penting agar pelabuhan dapat berfungsi:
  • Adanya kanal-kanal laut yang cukup dalam (minimum 12 meter)
  • Perlindungan dari angin, ombak, dan petir
  • Akses ke transportasi penghubung seperti kereta api dan truk.

Pelabuhan utama dunia

Peringkat pelabuhan dunia berdasarkan volume lalu-lintas muatan kargo kontainer (dalam jutaan TEU) (2004):
  1. Pelabuhan Hong Kong Tiongkok | 21.9
  2. Pelabuhan Singapura Singapura | 20.6
  3. Pelabuhan Shanghai Tiongkok | 14.6
  4. Pelabuhan Shenzhen Tiongkok | 13.7
  5. Pelabuhan Pusan Korea Selatan | 11.3
  6. Pelabuhan Kaohsiung Taiwan | 9.7
  7. Pelabuhan Rotterdam Belanda | 8.3
  8. Pelabuhan Los Angeles Amerika Serikat | 7.3
  9. Pelabuhan Hamburg Jerman | 7.0
  10. Pelabuhan Dubai Uni Emirat Arab | 6.4
  11. Pelabuhan Antwerp Belgia | 6.0
  12. Pelabuhan Long Beach Amerika Serikat | 5.8
  13. Pelabuhan Klang Malaysia | 5.2
  14. Pelabuhan Qingdao Tiongkok | 5.1
  15. Pelabuhan New York/New Jersey Amerika Serikat | 4.4
  16. Pelabuhan Jakarta Indonesia

Selasa, 24 Agustus 2010

Jalan Bebas Hambatan & Jalan Tol

A. Jalan bebas hambatan
Jalan bebas hambatan (Inggris: Highway) adalah adalah suatu jalan alternatif untuk mengatasi kemacetan lalu lintas ataupun untuk mempersingkat jarak dari satu tempat ke tempat lain. Berbeda dari jalan tol, jalan bebas hambatan tidak dikenakan tarif. Istilah ini juga dapat digunakan untuk jalan, jalan bebas. Jalan bebas hambatan pertama dibuka pada tanggal 21 September 1924 di Italia, dan menghubungkan Milan dengan Como dan Danau Como.

B.Jalan tol
Jalan tol (di Indonesia disebut juga sebagai jalan bebas hambatan) adalah suatu jalan alternatif untuk mengatasi kemacetan lalu lintas ataupun untuk mempersingkat jarak dari satu tempat ke tempat lain.
Untuk menikmatinya, para pengguna jalan tol harus membayar sesuai tarif yang berlaku. Penetapan tarif didasarkan pada golongan kendaraan.
Di Indonesia, jalan tol sering dianggap sinonim untuk jalan bebas hambatan, meskipun hal ini sebenarnya salah. Di dunia secara keseluruhan, tidak semua jalan bebas hambatan memerlukan bayaran. Jalan bebas hambatan seperti ini dinamakan freeway atau expressway (free berarti "gratis", dibedakan dari jalan-jalan bebas hambatan yang memerlukan bayaran yang dinamakan tollway atau tollroad (kata toll berarti "biaya")).



*Jalan tol Jagorawi yang menghubungkan Jakarta, Bogor dan Ciawi

Daftar jalan tol di Indonesia

Beroperasi

  • Jalan Tol Belmera
  • Jalan Tol Jakarta-Cikampek
  • Jalan Tol Purbaleunyi, terbagi menjadi 2 bagian :



    • Jalan Tol Cipularang
    • Jalan Tol Padaleunyi
  • Jalan Tol Jagorawi
  • Jalan Tol Palimanan-Kanci
  • Jalan Tol Jakarta-Merak, terbagi menjadi 2 bagian :



    • Jalan Tol Jakarta-Tangerang
    • Jalan Tol Tangerang-Merak
  • Jalan Tol Jakarta-Serpong
  • Jalan Tol Surabaya-Gempol ruas Surabaya - Porong.
  • Jalan Tol Surabaya-Gresik
  • Jalan Tol Semarang Seksi A, B, C
  • JORR Seksi S1, S2, E2, E1
  • Jalan Tol Arteri Semarang
  • Jalan Tol Dalam Kota
  • Jalan Tol Prof. Dr. Sedyatmo
  • Jalan Tol Wiyoto Wiyono
  • Jembatan Tol Suramadu
  • Jalan Tol Makassar
  • Jalan Tol Kanci-Pejagan
  • Jalan Tol Bogor Ring Road

Tahap konstruksi

  • Jalan Tol Cikampek - Palimanan
  • Jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan
  • Jalan Tol Depok-Jagorawi
  • Jalan Tol Semarang-Solo
  • Jakarta Outer Ring Road (JORR) Seksi W1, W2 dan N
  • JORR 2

Rencana

  • Jalan Tol Cileunyi-Tasikmalaya
  • Jalan Tol Soreang-Pasirkoja
  • Jalan Tol Ciawi-Sukabumi
  • Jalan Tol Sukabumi-Ciranjang
  • Jalan Tol Ciranjang-Padalarang
  • Jalan Tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu
  • Jalan Tol Pejagan-Pemalang
  • Jalan Tol Pemalang-Batang
  • Jalan Tol Batang-Semarang
  • Jalan Tol Manado-Bitung
  • Jalan Tol Bawen-Yogyakarta
  • Jalan Tol Pekanbaru-Dumai
  • Jalan Tol Samarinda-Balikpapan
  • Jalan Tol Solo-Kertosono
  • Jalan Tol Indralaya-Palembang

Bekas jalan tol

  • Jembatan Tol Citarum
  • Jalan Tol Surabaya-Gempol ruas Porong - Gempol.

Jalan Tol Trans Jawa

Jalan tol yang termasuk dalam jaringan jalan tol trans - Jawa adalah :
  1. Jalan Tol Jakarta-Cikampek sepanjang 72 Km (Operational)
  2. Jalan Tol Cikampek-Palimanan sepanjang 116 Km (Konstruksi dimulai akhir 2010)
  3. Jalan Tol Palimanan-Kanci sepanjang 29 Km (Operasional)
  4. Jalan Tol Kanci-Pejagan sepanjang 35 Km (Operasional)
  5. Jalan Tol Pejagan-Pemalang sepanjang 57 Km (Tahap Pembebasan Lahan pada 2010)
  6. Jalan Tol Pemalang-Batang sepanjang 39 Km (Tahap Pembebasan Lahan pada 2010)
  7. Jalan Tol Batang-Semarang sepanjang 75 Km (Tahap Pembebasan Lahan pada 2010)
  8. Jalan Tol Semarang-Solo sepanjang 76 Km (Tahap Konstruksi pada 2010)
  9. Jalan Tol Solo-Ngatingan - Ngawi sepanjang 32,6 Km
  10. Jalan Tol Ngawi-Kertosono sepanjang 87 Km
  11. Jalan Tol Kertosono-Mojokerto sepanjang 41 Km
  12. Jalan Tol Mojokerto-Surabaya sepanjang 36,5 Km (Tahap Konstruksi pada 2010)

 

Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)

Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan pengikat yang digunakan intuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai adalah batu pecah (split)atau batu belah atau batu kali ataupun bahan lainnya. Bahan ikat yang dipakai adalah aspal, semen ataupun tanah liat.

Jenis perkerasan

Berdasarkan bahan ikat perkerasan jalan dikelompokkan atas:

Perkerasan lentur(flexible pavement)


Lapisan perkerasan jalan
Adalah perkerasan yang menggunakan bahan ikat aspal, yang sifatnya lentur terutama pada saat panas. Aspal dan agregat ditebar dijalan pada suhu tinggi (sekitar 100 0C). Perkerasan lentur menyebarkan beban lalu lintas ketanah dasar yang dipadatkan melalui beberapa lapisan sebagai berikut
  • Lapisan permukaan
  • Lapisan Pondasi atas
  • Lapisan pondasi bawah
  • Lapisan tanah dasar

Perkerasan kaku (rigid pavement)


Perkerasan kaku/rigid
Adalah perkerasan yang menggunakan bahan ikat aspal, yang sifatnya kaku. Perkerasan kaku berupa plat beton dengan atau tanpa tulangan diatas tanah dasar dengan atau tanpa pondasi bawah. Beban lalu lintas diteruskan keatas plat beton. Perkerasan kaku bisa dikelompokkan atas:
  1. Perkerasan kaku semen yang terbuat dari beton semen baik yang bertulang ataupun tanpa tulangan
  2. Perkerasan kaku komposit yang terbuat dari komposit sehingga lebih kuat dari perkerasan semen, sehingga baik untuk digunakan pada landasan pesawat udara di Bandara.

Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

adalah struktur perkerasan yang sangat banyak digunakan dibandingkan dengan struktur perkerasan kaku. Struktur perkerasan lentur dikonstruksi baik untuk konstruksi jalan, maupun untuk konstruksi landasan pacu. Tujuan struktur perkerasan adalah:
  • agar di atas struktur perkerasan itu dapat lalui setiap saat. Oleh karena itu lapis permukaan perkerasan harus kedap air - melindungi lapis tanah dasar sehingga kadar air lapis tanah dasar tidak mudah berubah.
  • mendistribusikan beban terpusat, sehingga tekanan yang terjadi pada lapis tanah dasar menjadi lebih kecil. Oleh karena itu lapis struktur perkerasan harus dibuat dengan sifat modulus kekakuan (modulus elastisitas) lapis di atas lebih besar daripada lapis di bawahnya.
  • menyediaan kekesatan agar aman. Oleh karena itu permukaan perkerasan harus kasar, sehingga mempunyai koefisien gesek yang besar antara roda dan permukaan perkerasan.
  • menyediaan kerataan agar nyaman. Oleh karena itu permukaan harus rata, sehingga pengguna tidak terguncang pada saat lewat pada perkerasan.
Semua bahan yang digunakan harus awet (tahan lama), agar struktur perkerasan ini berfungsi untuk waktu yang lama. Lapis permukaan dari struktur perkerasan lentur ini merupakan campuran agregat yang bergradasi rapat dan aspal, atau disebut juga campuran beraspal. Kedua bahan ini dicampur dalam keadaan panas (sehingga dikenal dengan nama hot mix, dihamparkan serta dipadatkan dalam keadaan panas pula. Lapis permukaan ini harus kedap air, permukaannya rata namun kasar. Lapis struktur di bawah lapis permukaan adalah lapis pondasi, dan dibuat dari batu pecah. Lapis di bawahnya adalah lapis pondasi bawah, dan dibuat dari pasir batu (sirtu). Lapis pondasi maupun lapis pondasi bawah ini juga dapat dibuat dari bahan lain seperti material yang distabilitasi dengan portland semen, kapur, aspal, maupun bahan pengikat lainnya. Semua lapis ini dikonstruksi dilapis tanah dasar, yaitu tanah yang telah dipadatkan. Biaya konstruksi struktur perkerasan lentur ini relatif lebih murah dibandingkan dengan struktur perkerasan kaku. Di Indonesia, lebih banyak tenaga pelaksana yang ahli dalam pembuat konstruksi perkerasan lentur dibandingkan dengan perkerasan kaku. Agar struktur perkerasan lentur ini berfungsi dengan baik, maka selain perkerasan harus terpelihara dengan baik, bahu jalan dan saluran samping juga harus terpelihara.
Struktur perkerasan lentur pada saat ini dikonstruksi dengan menggunakan alat berat. Dahulu, konstruksi jalan dibuat dengan menggunaan tenaga manusia dan alat pemadat sederhana. Struktur yang cocok dengan keadaan pada saat itu dikenal dengan konstruksi makadam (berasal dari nama John Loudon McAdam), maupun telford (berasal dari nama Thomas Telford. Pada saat ini konstruksi seperti itu tidak layak lagi dibuat pada jalan penting dan mempunyai volume lalu lintas yang tinggi dan dengan beban yang berat, seperti jalan arteri dan kolektor primer maupun sekunder. Konstruksi Macadam dan Telford masih dapat dipertimbangkan dikonstruksi untuk jalan dengan beban lalu lintas yang ringan, seperti jalan lokal.

Jenis Semen (PC) dalam Industri Konstruksi

SEMEN Dalam perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal bangunan, tentu kerap mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang merekatkan batu-batu raksasa hanya dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau lainnya. Alhasil, berdirilah bangunan fenomenal, seperti Candi Borobudur atau Candi Prambanan di Indonesia ataupun jembatan di Cina yang menurut legenda menggunakan ketan sebagai perekat. Ataupun menggunakan aspal alam sebagaimana peradaban di Mahenjo Daro dan Harappa di India ataupun bangunan kuno yang dijumpai di Pulau Buton

Benar atau tidak, cerita, legenda tadi menunjukkan dikenalnya fungsi semen sejak zaman dahulu. Sebelum mencapai bentuk seperti sekarang, perekat dan penguat bangunan ini awalnya merupakan hasil percampuran batu kapur dan abu vulkanis. Pertama kali ditemukan di zaman Kerajaan Romawi, tepatnya di Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas dinamai pozzuolana.

Sedangkan kata semen sendiri berasal dari caementum (bahasa Latin), yang artinya kira-kira "memotong menjadi bagian-bagian kecil tak beraturan". Meski sempat populer di zamannya, nenek moyang semen made in Napoli ini tak berumur panjang. Menyusul runtuhnya Kerajaan Romawi, sekitar abad pertengahan (tahun 1100 - 1500 M) resep ramuan pozzuolana sempat menghilang dari peredaran.

Baru pada abad ke-18 (ada juga sumber yang menyebut sekitar tahun 1700-an M), John Smeaton - insinyur asal Inggris - menemukan kembali ramuan kuno berkhasiat luar biasa ini. Dia membuat adonan dengan memanfaatkan campuran batu kapur dan tanah liat saat membangun menara suar Eddystone di lepas pantai Cornwall, Inggris.

Ironisnya, bukan Smeaton yang akhirnya mematenkan proses pembuatan cikal bakal semen ini. Adalah Joseph Aspdin, juga insinyur berkebangsaan Inggris, pada 1824 mengurus hak paten ramuan yang kemudian dia sebut semen portland. Dinamai begitu karena warna hasil akhir olahannya mirip tanah liat Pulau Portland, Inggris. Hasil rekayasa Aspdin inilah yang sekarang banyak dipajang di toko-toko bangunan.

Sebenarnya, adonan Aspdin tak beda jauh dengan Smeaton. Dia tetap mengandalkan dua bahan utama, batu kapur (kaya akan kalsium karbonat) dan tanah lempung yang banyak mengandung silika (sejenis mineral berbentuk pasir), aluminium oksida (alumina) serta oksida besi. Bahan-bahan itu kemudian dihaluskan dan dipanaskan pada suhu tinggi sampai terbentuk campuran baru.

Selama proses pemanasan, terbentuklah campuran padat yang mengandung zat besi. Nah, agar tak mengeras seperti batu, ramuan diberi bubuk gips dan dihaluskan hingga berbentuk partikel-partikel kecil mirip bedak.


Lazimnya, untuk mencapai kekuatan tertentu, semen portland berkolaborasi dengan bahan lain. Jika bertemu air (minus bahan-bahan lain), misalnya, memunculkan reaksi kimia yang sanggup mengubah ramuan jadi sekeras batu. Jika ditambah pasir, terciptalah perekat tembok nan kokoh. Namun untuk membuat pondasi bangunan, campuran tadi biasanya masih ditambah dengan batu pecah (split) atau koral, biasa disebut concrete atau beton.

Beton bisa disebut sebagai mahakarya semen yang tiada duanya di dunia. Nama asingnya, concrete - diambil dari gabungan prefiks bahasa Latin com, yang artinya bersama-sama, dan crescere (tumbuh). Maksudnya kira-kira, kekuatan yang tumbuh karena adanya campuran zat tertentu. Dewasa ini, nyaris tak ada gedung pencakar langit berdiri tanpa bantuan beton.

Meski bahan bakunya sama, "dosis" semen sebenarnya bisa disesuaikan dengan beragam kebutuhan. Misalnya, jika kadar aluminanya diperbanyak, campuran dengan bahan bangunan lainnya bisa menghasilkan bahan tahan api. Ini karena sifat alumina yang tahan terhadap suhu tinggi. Ada juga semen yang cocok buat mengecor karena campurannya bisa mengisi pori-pori bagian yang hendak diperkuat.

Kandungan kimia

* Trikalsium Silikat
* Dikalsium Silikat
* Trikalsium Aluminat
* Tetrakalsium Aluminofe
* Gipsum


Jembatan Sistem cable stayed

Jembatan merupakan sarana penting untuk menghubungkan daratan satu dengan daratan yang lainnya melewati diatas sebuah sungai, kanal bahkan laut. Terdiri dari struktur bangunan bawah (substructure) dan struktur bangunan atas (super struktur) yang merupakan satu kesatuan. Struktur diharapkan dapat menahan beban yang melewati diatasnya serta dapat berfungsi dalam jangka waktu yang lama. Kondisi geografis suatu daerah sangat besar pengaruhnya terhadap pemilihan jenis struktur dan bentang jembatan.
Dalam suatu perencanaan (design) konstruksi jembatan tidak hanya memperhitungkan segi kekuatan dan keawetannya saja tetapi masih ada kriteria-kriteria lain yang harus dimasukkan didalam perencanaan. Antara lain kemudahan konstruksi dan bentuk estetikanya. Oleh sebab itu dalam perencanaan perlu dibuat lebih dari satu alternatif kemudian dipilih alternatif terbaik dari alternatif-alternatif yang ada.
Salah satu proyek pembangunan jembatan yang saat ini sedang berjalan adalah Jembatan Martadipura/Kutai Kartanegara II di provinsi Kalimantan timur.
jembatan yang memiliki bentang yang lebih panjang (long span bridge).

Salah satu konstruksi jembatan yang memiliki kriteria tersebut adalah tipe jembatan cable stayed. Jembatan tipe ini memiliki bentuk yang simpel/sederhana namun terlihat megah dari segi estetikanya. Hal ini diharapkan dapat dengan mudah dilaksanakan dilapangan. Sebagaimana kita lihat kondisi eksisting jembatan berada pada daerah yang memiliki fluktuasi pasang surut yang tinggi. Sedangkan lalu lintas dibawah jembatan padat dan arus aliran sungai deras sehingga rawan tubrukan pada pilar jembatan. Sehingga memungkinkan diganti dengan bentang yang lebih panjang untuk memperkecil resiko tersebut. Jembatan cable stayed dapat didesain dengan kemiringan memanjang sebesar 5% dengan pucak kemiringan berada pada tengah bentang seperti terlihat pada gambar 1.2. Dengan kemiringan tersebut didapatkan syarat ketinggian tengah bentang diatas 15m dari muka air normal. Pelaksanaan Konstruksi tidak mengganggu lalu lintas dibawahnya karena dapat dipasang tanpa false work (Heins,Fermage,1979: 421).


1. Tinjauan Umum
Sejarah perkembangan kelipatan panjang bentang jembatan berbentang ultra panjang (konstruksi,23 januari 1993 : 23) adalah :
1.Menai 1826, bentang 177 m
2.Brooklyn 1883, bentang 486 m
3.Golden Gate 1957, bentang 1.280 m
4.Messina Strait 1994, bentang 3.300 m
Perkembangan ini berjalan seiring dengan penemuan baja mutu tinggi dan kemajuan dibidang teknik pengelasan dan analisis struktur. Penemuan bahan dan perkembangan desain memiliki kelebihan lain diantaranya :
1.Penggunaan kabel berkekuatan tinggi dalam menahan tarikan dapat mengurangi bahan, berat sendiri dan biaya jembatan.
2.Mempunyai banyak pilihan bentuk struktur.
3.Dapat dipasang tanpa false work pada tengah bentang sehingga tidak mengganggu arus lalu lintas sungai dibawahnya
4.Memiliki nilai estetika yang baik.
Jembatan kabel terentang ( cable stayed ) tergolong pada jembatan gantung dan sokong yaitu sebuah jembatan yang mendapat tambahan tumpuan antara namun reaksi tumpuan ini kemudian dibebankan kembali kepada tumpuan induk, sehingga momen lentur dan gaya lintang gelagar menjadi lebih kecil akibat adanya tumpuan - tumpuan antara tersebut (Dewi, 1989: 1 ).
Struktur utama jembatan cable stayed ini terdiri dari lima bagian utama yaitu sistem lantai kendaran, menara/pilon, kabel, Abutment dan pilar (kontruksi, februari 1998: 35 ).

2. Pembagian bentang
Tipe bentang dasar dari konstruksi jembatan cable stayed adalah :
1.Dua bentang simetris dan tidak simetris
2.Tiga bentang ,dan
3.Bentang banyak
Untuk konstruksi dengan bentang tidak simetris terpanjang antara 60% sampai 70% dari bentang total. Konstruksi dengan tiga bentang diambil panjang bentang utama terhadap bentang total antara 53% – 55%. Pada konstruksi dengan bentang banyak, bentang – bentang biasanya dibuat sama, kecuali bentang pinggir yang ditumpu kepala jembatan.
Untuk pembagian panjang bentang-bentang yang ditahan elastis dari pertalian kabel penggantung terhadap panjang bentang keseluruhan antara 20% untuk kabel penggantung tunggal yang dipancarkan dari masing-masing sisi menara, sampai 8% pada kabel penggantung lebih dari satu masing-masing sisi menara.

Pembagian tiga bentang cable stayed
Sumber : Troitsky,1997:33

3. Geometri Kabel Penggantung
Pada umumnya kabel penggantung disusun dalam bentuk-bentuk berikut :
1.Radial/Bundles/Convergen system
Pada sistem ini kabel berkonvergensi kesatu titik tunggal yaitu puncak menara. Karenanya momen lentur yang dipikul oleh menara menjadi lebih kecil, akan tetapi menara sebaliknya memikul gaya tekan yang lebih besar perlu dipikirkan detail penempatan kabel-kabel dalam jumlah yang cukup banyak dipuncak menara.
2. Harp/pararell system
Pada sistem ini kabel berjalan sejajar satu dengan yang lainnya, sehingga pertemuan antara kabel dan menara terjadi pada ketinggian yang berbeda-beda dan ini sangat memudahkan detail penyambungannya. Secara estetis bentuk ini sangat menarik, akan tetapi bentuk ini akan menimbulkan momen lentur yang cukup besar pada menara. Bentuk kabel dengan harp system ini dapat dipakai untuk jembatan dengan bentang utama sampai 200 m
3.Fan /Intermediate System
Sistem ini merupakan modifikasi terhadap harp system, dimana letak anchor-anchornya dibagi secara merata pada bagian puncak menara sehingga penempatan kabel menjadi lebih mudah dibanding dengan sistem radial. Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, kadang-kadang terjadi agak sukar untuk menempatkan kabel dalam jumlah yang agak banyak dipuncak menara.

Klasifikasi jembatan cable stayed berdasarkan bersusunan kabel
Tabel.sumber : Fiege, 1966

4. Sistem Perletakan Kabel
Pada umumnya sistem perletakan kabel pada menara dapat dibagi menjadi beberapa macam berdasarkan susunan kabel dan letak menaranya, antara lain :
a.Pada dua bidang vertikal (two vertical planes system)
b.Sistem kabel terletak pada dua bidang miring (two inclined planes system )
c.Sistem kabel terletak pada satu bidang (single plane system )

Bidang penempatan kabel
Sumber : Troitsky,1972 : 22


5. Karakteristik Kabel
Beberapa kabel yang digunakan pada jembatan cable stayed mempunyai bentuk/konfigurasi yang tergantung dari susunanya. Istilah-istilah yang sering digunakan antara lain :
1.Ropes (tali) :
Sejumlah untaian spiral yang melilit sekitar inti yang disusun.
2.Untaian (strands )
Suatu susunan kawat spiral terletak pada sekitar kawat pusat / inti untuk menghasilkan potongan simetris.
3.kawat (wire )
Adalah suatu panjang menerus tunggal hasil penarikan suatu batang dingin.
4.Cable ( kabel )
Adalah suatu batang tarik yang fleksibel, penampang tetap terdiri dari satu atau lebih kelompok kawat-kawat, untaian atau tali-tali.
5.Untaian komponen terkunci ( locked coil strand )
Suatu untaian kecuali kawat dalam beberapa lapisan yang dibentuk dengan mengikat bersama-sama yang terletak disekeliling inti.
Untuk melihat tipe-tipe kabel dapat dilihat pada gambar 2.4 pada halaman berikut.

a. Strand of twisted wire
b. Rope of twisted strands
c. Locked coil wire rope

Tipe-tipe kabel

6. Menara (Pilon )
Menara ini dapat dibuat berongga dari konstruksi baja maupun beton dengan perbandingan tinggi menara terhadap panjang bentang 1: 6 sampai 1 : 8
Berdasar besarnya beban vertikal dan distribusi gaya-gaya dalam kabel sepanjang tinggi menara.
a). Perletakan menara sebagai berikut :
1.Terjepit pada pondasi/pilar
Dalam hal ini menara memikul momen lentur yang cukup besar. Gelagar jembatan berjalan menerus diantara tiang-tiang menara, dan pertemuan antara gelagar dan kabel penggantung dipasang gelagar melintang.
2. Terjepit pada gelagar utama
Dalam hal ini perlu dipikirkan detail sambungan antara menara dan gelagar. Begitu juga perlu dibuat detail perletakan yang mampu memikul gaya-gaya reaksi yang cukup besar.
3. Menara dengan perletakan sendi.
Dalam hal ini momen lentur yang terjadi pada menara akan berkurang sehingga dengan mudah dalam perhitungannya.momen dengan perletakan sendi ini sangat ekonomis bila keadaan tanahnya kurang baik.
b). Bentuk-bentuk menara untuk jembatan cable stayed
1. Tipe kerangka portal dengan balok palang atas.
2. Menara ganda terjepit pada pilar tanpa balok palang atas.
3. Menara ganda terjepit pada bangunan atas jembatan tanpa balok palang atas.
4. Menara tipe kerangka A
5. Menara aksial terjepit pada bangunan atas jembatan.
6. Menara lateral terjepit pada pilar.

Bentuk-bentuk menera jembatan cable stayed
Sumber :Fiege,1966

7. Gelagar Utama Jembatan
Sistem pada struktur dasarnya adalah rangka pengaku dan batang yang kokoh. Dek pada konstruksi jembatan cable stayed terbuat dari baja atau beton bertulang atau komposit. Bentuk potongan melintang berupa box girder adalah bentuk yang paling menguntungkan. Beton box girder dibuat secara segmental precast atau cast insitu yang dihubungkan dengan kabel penggantung ke tower.
Tinggi dari gelagar utama dek jembatan biasanya sebesar 1/15 sampai 1/18 panjang tiap panel atau 1/100 – 1/200 bentang utama.


8. Pembebanan
Pembebanan untuk perencanaan jembatan meliputi : beban primer, beban sekunder dan beban khusus. Selain itu juga persyaratan perencanaan untuk penyebaran beban, kombinasi pembebanan, syarat ruang bebas dan penggunaan beban hidup tidak penuh.
Berdasar BMS 7 – C2 peraturan perencanaan teknik jembatan bagian 2 tentang beban jembatan, maka pembebanan perlu dipertimbangkan adalah beban tetap, beban lalu lintas dan aksi lengkung.

8.1. Beban Tetap
Beban tetap terdiri dari berat sendiri jembatan, yaitu berat masing-masing bagian struktur yang dipikul, beba mati tambahan, pengaruh susut dan rangkak, pengaruh prategang, tekanan tanah, dan pengaruh tetap pelaksanaan.

8.2. Beban Lalu lintas.
Beban lalu lintas untuk perencanaan jembatan terdiri dari beban jalur “D”, beban truk ”T”, dan gaya rem.

a. Beban jalur “D”
Beban jalur “D” terdiri dari beban tersebar merata ( UDL ) yang digabung dengan beban garis ( KEL ) seperti terlihat pada gambar 2.7.

Beban Jalur “D”

Beban terbagi rata UDL mempunyai intensitas q kPa, dengan besar q yang tergantung pada panjang total L yang dibebani sebagai berikut :
L < 30 m : q = 8.0 kPa L > 30 m : q = 8.0 kPa

b. Beban Truk “T”
Pembebanan truk “T” terdiri dari kendaraan truk semi-trailer yang mempunyai susunan dan berat as seperti yang terlihat pada gambar 2.8

Pembebanan truk “T”
Sumber : BMS7-C2. 1992:2-27

Untuk perhitungan factor kejutnya (Dinamic Load Allowance, DLA ) BMS mengatur seperti dalam table 1-1.

Tabel 1-1: Panjang Eqivalen dan factor kejut.
Panjang Equivalent LE (m) DLA
LE < 50 0.4 50 < LE < 90 0.525-0.0025 LE LE > 90 0.3
Sumber : BMS7- C2, 1992
Dimana :
LE = panjang bentang equivalent
LE = ( 2.3)
LAV = panjang bentang rata-rata dari kelompok bentang yang disambung secara menerus
Lmax = panjang bentang maksimum dalam kelompok bentang yang disambung secara menerus.

c. Gaya Rem
Pengaruh percepatan dan pengereman dari lalu-lintas harus diperhitungkan sebagai gaya dalam arah memanjang, dan dianggap bekerja pada permukaan lantai jembatan. Tanpa melihat berapa besarnya lebar bangunan, gaya memanjang yang bekerja harus diambil dari gambar 2.9

Gaya Rem. Sumber : BMS7-C2, 1992:2-3
Layan jembatan akibat angin tergantung pada kecepatan angin rencana dengan rumus :
TEW = 0.0006 Cw. (Vw) 2. Ab kN ( 2.4)
Apabila suatu kendaraan sedang berada diatas jembatan, beban garis merata tambahan arah horizontal harus diterapkan pada permukaan lantai dengan rumus :
TEW = 0.0012 Cw. (Vw)2 kN ( 2.5)
Dengan:
VW = kecepatan angin rencana ( m/det ) untuk keadaan batas yang ditinjau
CW = koefisien seret
Ab = luas koefisien bagian samping jembatan ( m2 )

2.9. Analisis Jembatan Cable Stayed
Jembatan cable stayed adalah konstruksi statis tak tentu dengan gelagar utama bekerja sebagai gelagar menerus diatas tumpuan elastis pada pertalian kabel.
Akibat beban yang bekerja diatas jembatan, maka pada kabel akan timbul gaya-gaya normal, demikian pula gaya pada gelagar akan timbul momen disamping gaya normal.
Analisis struktur pada jembatan cable stayed ini mengunakan program CAAD (Computer Aided Analisis and Design). Analisis ini dapat dilakukan sesuai gambar struktur yang direncanakan, baik kemiringan menara,kemiringan kabel maupun posisinya sehingga gaya yang bekerja pada strutur dapat diketahui lebih akurat.

2.9.1. Penyederhanaan Struktur
Analisis jembatan cable stayed dilakukan penyederhanaan dengan membuat asumsi-asumsi sebagai berikut:
1.Struktur kabel diagonal pada jembatan terentang (cable stayed) dipandang sebagai perpaduan dua struktur. Struktur kabel dipandang sebagai struktur dua dimensi dan struktur gelagar induk dipandang sebagai struktur balok menerus yang kaku.
2.Tumpuan / titik pertemuan antara kabel dengan gelagar, kabel dengan menara dan menara dengan gelagar merupakan titik(node) yang memiliki kedudukan yang sesuai dengan koordinat masing-masing.
3.Penjangkaran kabel pada puncak dua menara simetris sehingga dapat dibuat satu sisi saja sebagai model untuk analisis.
4. Penjangkaran pada puncak menara dianggap penjangkaran tetap (mati) untuk mendapatkan gaya-gaya pada masing-masing kabel sementara.
5.Beban terdiri dari beban terpusat dan beban merata yang berasal dari beban hidup dan beban mati yang bekerja tegak lurus bidang horisontal.
6.Setiap elemen yang menghubungkan setiap titik(node) memilki nomor tersendiri sehingga gaya-gaya yang bekerja pada masing-masing elemen dapat diketahui.
7.Seluruh struktur dianggap kaku sehingga dapat menahan beban yang bekerja tegak lurus bidang horisontal.
8.Tumpuan pada menara adalah tumpuan sendi.

Dalam desain jembatan terdiri dari dua buah menara yang kaku dan memiliki empat tumpuan tetap yang membagi jembatan menjadi tiga bentang dengan masing-masing menara memiliki 22 kabel, termasuk 4 kabel akhir (back stay) yang tertanam dalam abutment sebagai pemberat (counter weight) 2 buah disisi kiri dan 2 buah disisi kanan.
2.9.2. Sistim Penjangkaran Pada Menara dan Gelagar
Penjangkaran kabel pada gelagar induk berupa penjangkaran mati / tetap, sedang pada menara dapat berupa jangkar mati atau jangkar hidup. Seperti terlihat pada gambar 2.10 berikut :

Penjangkaran pada gelagar
a. jangkar mati / tetap pada menara
b. jangkar hidup pada menara

penjangkaran

1. Penjangkaran Mati
Jika digunakan jangkar mati, maka gaya kabel sebelah kiri dan sebelah kanan tidak selalu sama besar. Dengan demikian, walaupun sudut kabel pada menara tidak sama dengan nol, dan menara akan menahan momen lentur.

2. Penjangkaran hidup
Jika digunakan jangkar hidup dengan sudut simetris, maka komponen horisontal gaya kabel sebelah kiri dan sebelah kanan sama besar. Dengan demikian selisih komponen horisontal gaya kabel pada menara = 0 dan menara tidak menahan momen lentur.

3. Analisa lendutan akibat tumpuan elastis kabel :
Perpanjangan kabel dapat dituliskan
atau
ini sama dengan Rn, sehingga dapat ditulis atau
Dengan demikian, koefisien fleksibilitas kabel diagonal adalah:

Dimana:
= translasi vertikal kabel diagonal.
Tc = gaya normal pada kabel.
Ac = luas tampang kabel diagonal.
= sudut kemiringan kabel diagonal terhadap bidang horisontal
Lc = panjang kabel diagonal
E = modolus elatisitas kabel diagonal

2.9. Analisis Struktur Dengan Metode Elemen Hingga.
2.9.1. Elemen Kabel

Sistem koordinat global kabel
Sumber: C.S. Desai, Dasar-dasar elemen hingga

Struktur kabel memiliki dua derajat kebebasan pada setiap ujung elemen yaitu, v dan u, sehingga total derajat kebebasan elemen adalah empat (v1, u1 dan v2, u2 ) dimana model pendekatan v sembarang titik s = x- / 1 = ( x – x1) / s, dengan s = koordinat local, x = koordinat global dari titik sembarang, x1 = koordinat global dan l = panjang elemen, dinyatakan oleh :
w(x) = N1v1 + N1U1 + N2v2 + N2U2, dan w(x) = N1v1 + N2v2+ = . ( 2- 6 )
u(x) = [1 – s s ] . = . ( 2 - 7 )
T = [ (v1 v2] dan [N] = [ N1 N2 N3 N4 ] adalah matrik fungsi interpolasi Ni, i = 1, 2, 3, 4
N1 = 1 – 3s2 + 2s3, N2 = 1s ( 1 – 2s + s3 ), N3 = s3 ( 3 – 2s ), N4 = 1s2 ( 1 – 1 )

2.9.2.Elemen Balok / Gelagar

Koordinat Lokal gelagar / balok
Sumber: C.S. Desai, Dasar-dasar elemen hingga

Struktur balok / gelagar memiliki tiga derajat kebebasan pada setiap ujung elemen yaitu, v, dan u, sehingga total derajat kebebasan elemen adalah enam (v1, 1, u1 dan v2, 2, u2 ) dimana model pendekatan v sembarang titik s = x- / 1 = ( x – x1) / l,
dengan :
s = koordinat local,
x = koordinat global dari titik sembarang,
x1 = koordinat global dan
l = panjang elemen.

2.9.3. Prosedur Perhitungan Dengan Metode Elemen Hingga.
1. Idialisasi
Idealisasi merupakan suatu pemodelan struktur yang akan dihitung menjadi suatu elemen yang mewakili dari bentuk struktur tersebut dan mudah untuk diamati dan di analisis ( C.S. Desai, 1996 ). dimana struktur yang diidealisasikan suatu garis satu-dimensi, elemen yang kita gunakan adalah suatu elemen garis.
2. Diskritisasi dengan memilih konfigurasi elemen

a. Elemen satu dimensi

b. Diskritisasi
Idealisasi dan diskritisasi balok / gelagar
Sumber : C.S. Desai, Dasar- dasar metode elemen hingga

3. Memilih model dan fungsi pendekatan
Memilih model dan fungsi pendekatan untuk menentukan pola atau bentuk untuk distribusi besaran yang tidak diketahui yang dapat berupa perpindahan, tegangan dan lendutan. Titik-titik simpul elemen memberikan titik-titik strategis untuk penulisan matematis yang menggambarkan bentuk distribusi dari besaran yang tidak diketahui pada wilayah elemen.
4. Menentukan perlakuan global
a). Hubungan regangan – perpindahan
Dari teori pelenturan balok hubungan regangan perpindahan yang berkaitan adalah :
{ } = [B] . [q]
Dengan = regangan aksial, [B] = matrik trasformasi regangan perpindahan, [q] = beban luar
b). Hubungan regangan – tegangan
5. Penurunan dan perakitan persamaan elemen
Untuk penurunan persamaan yang ada kita gunakan prinsip energi potensial stasioner / minimum ( C.S. Desai, Dasar-dasar elemen hingga , 1996 ) Dengan mengasumsikan hanya pembebanan gaya tarik pembebanan gaya tarik permukaan saja, maka energi potensial untuk elemen balok akan diperoleh;
Setelah integrasi dan pengaturan kembali dari suku-suku secara tepat dan dengan mengasumsikan p adalah serba sama, maka persamaan – persamaan elemen yang dihasilkan dapat dinyatakan sebagai [K]. {r} = [R]
Dengan [K] = matrik kekakuan batang , [R] = matrik beban luar, {r} = elemen rotasi sudut
6. Penyelesaian besaran yang tak diketahui.
Persamaan [K]. {r} = [R] adalah sebuah kumpulan persamaan simultan aljabar linear. Kumpulan untuk persoalan kolom-balok adalah linear karena koefisien – koefisien Kij yang terdiri dari sifat-sifat material ( E ) dan sifat geometrik ( l , A ) adalah konstan dan tidak tergantung pada besar atau keadaan deformasi. Besaran-besaran yang tidak diketahui dapat diselesaikan dengan metode langsung, iterasi .

2.9.4. Analisis jembatan cable stayed dengan Staad pro

Struktur jembatan cable stayed

Analisis jembatan cable stayed dengan Staad pro dilakukan penyederhanaan dengan membuat langkah-langkah sebagai berikut:
9.Membuat node / titik- titik koordinat yang sesui dengan posisi masing-masing joint.
10.Menghubungkan node / titik- titik koordinat yang sesui dengan posisi masing-masing joint.
11.Menentukan jenis bahan yang menyusun elemen struktur.
12.menentukan posisi dan jenis jenis perletakan yang menumpu gelagar.
13.Pembebanan, meliputi : jenis beban, posisi beban, faktor reduksi beban, kombinasi pembebanan.
14.Menjalankan program dan menseting keluaran (out put ) apa saja yang akan ditampilkan dan dicetak.
15.Penjangkaran pada puncak menara dianggap penjangkaran tetap (mati) untuk mendapatkan gaya-gaya pada masing-masing kabel sementara.

Dalam desain jembatan terdiri dari dua buah menara yang kaku dan memiliki empat tumpuan tetap yang membagi jembatan menjadi tiga bentang dengan masing-masing menara memiliki 22 kabel, termasuk 4 kabel akhir (back stay) yang tertanam dalam abutment sebagai pemberat (counter weight) 2 buah disisi kiri dan 2 buah disisi kanan.

2.9.4. Statika kolom menara /pilon.
Dengan menggunakan pembebanan dan gaya-gaya yang dihasilkan dari analisis kabel dan gelagar utama, maka perencanaan menara bisa dilakukan. Menara direncanakan terdiri kolom-kolom dan balok portal dengan penampang berbentuk segi empat dari beton bertulang K- 450 pada kaki menara dan K-500 untuk kepala pilon / menara.

Sebagai asumsi dalam perencanaan pilon ini :
1) Semua hubungan portal adalah kaku ( jepit ).
2) Dasar kolom adalah sendi pada pilar.
3) Perubahan penampang semua batang akibat beban aksial diabaikan.
4) Dalam perencanaan berbentuk tipe kerangka A.
Dalam perencanaan pilon ini gaya-gaya dari kabel diuraikan menjadi dua,yaitu:
1. Beban vertical konsentris pada puncak menara.
Dalam hal ini tidak terjadi momen, karena beban bekerja searah serat.

Gaya vertical pada Pilon
Sumber:Kleinlogel. A, 1978 : 70-71

VA=VC= (2.12)
HA = HC = (2.13)

2.Beban horizontal konsentris pada puncak menara.
Dalam hal ini tidak terjadi momen. Untuk gaya gaya akibat kabel yang terjadi pada menara yang bekerja secara horizontal pada tumpuan menara dapat dilihat pada gambar 2.12. Semua gaya kabel yang terjadi pada menara/pilon dijumlahkan satu dengan yang lainnya.

Gambar.2.130. Gaya horizontal pada menara
Sumber:Kleinlogel. A, 1978 : 70-71

HA = - HC = (2.14)
VA = -VC = (2.15)

2.10. Analisis Aspek Aerodinamis
Dimensi jembatan cable stayed umumnya cukup besar sehingga pengaruh angin perlu diperhitungkan. Mekanisme interaksi antara angin dan struktur akan menghasilkan getaran pada struktur. Getaran tersebut timbul karena ada gaya angin yang memaksa sturktur bergetar. Dari aspek perencanaan jembatan cable stayed dengan kabel sebagai elemen utama umumnya, tidak lagi ditentukan oleh kemampuan batas dan daya layan struktur saja, persyaratan kehandalan aerodinamika biasanya lebih menentukan seperti kehandalan terhadap :
oBangkitan Vortex–Sheding (pusaran)
oBangkitan Flutter
2.10.1. Analisis Vortex – Sheding (pusaran)
Analisis dinamik pada jembatan cable stayed sangat penting dan dapat menjadi satu tahap analisis yang paling menentukan terutama jembatan yang sangat panjang. Analisis dinamik digunakan untuk mengetahui frekuensi alami dan mode getar struktur.
Dalam pembahasan ini beban dinamik yang akan di analisis hanya pada beban angin saja, sedangkan untuk beban gempa tidak dibahas, karena beban gempa hanya untuk ditahan oleh struktur bawah saja.
Untuk menganalisis Vortex–Sheding (pusaran) pada gelagar dipelajari oleh Von Karman (Walther, 1988) dengan menggunakan angka strouhal (S) yang dapat didefinisikan dengan persamaan berikut :
S = (2.16)
Dimana :
V = kecepatan angin (cm/det)
h = kedalaman dek/lantai jembatan (cm)
f = frekuensi vortex–sheding /pusaran (Hz)
Angka Strouhal (S) mempunyai nilai rata-rata 0,2 untuk sebuah silinder dengan diameter h, dan 0,10-0,20 untuk dek jembatan dengan kedalaman h (0,10 jika udara mengalir hanya dari satu sisi ).
Frekuensi pusaran tergantung pada besarnya kecepatan angin V. Jika frekuensinya dekat dengan salah satu frekuensi alami struktur, maka ada bahaya resonansi yang membuat getaran semakin besar dan struktur tanah akan runtuh.
Untuk mengontrol apakah struktur jembatan aman terhadap bangkitan vortex-shedding (pusaran) perlu juga dihitung frekuensi alami dari jembatan tersebut. Adapun untuk menghitung frekuensi alami dari jembatan dapat digunakan persamaan dibawah ini :
(2.17)
dimana :
L = panjang bentang (m)
Ix = momen inertia dari elemen struktur (cm4)
m = massa dari elemen struktur (kg)
f = frekuensi alami struktur (Hz)
E = modulus elastisitas bahan (kg/cm2)
Fenomena vortex-shedding (pusaran) angin yang terjadi pada jembatan dapat memberikan batas yanga aman bila :
a. Bentuk dek jembatan yang digunakan berupa slab (streamlined) dengan ujung tepi runcing yang dapat mengurangi intensitas pusaran.
b. Menyusun deflektor untuk aliran udara sekitar sudut pada tampang.
2.10.2 Analisis flutter ( puntiran).
Flutter dapat dipengaruhi oleh pusaran angin (vortex-shedding). Bentuk penampang yang tidak aerodinamis akan menuyebabkan pengaruh ini semakin besar dan dapat membahayakan struktur.
Kecepatan kritis yang menyebabkan flutter pada sebuah jembatan cable stayed harus lebih tinggi dari kecepatan angin yang mungkin terjadi di lapangan, yang dapat dianggap sebagai cadangan keamanan. Kecepatan angin kritis adalah kecepatan angin yang menyebabkan suatu jembatan tidak stabil. Keruntuhan jembatan bisa terjadi karena dilampauinya kecepatan kritis yang bisa ditahan oleh konstruksi jembatan agar tetap stabil.
Untuk menghitung kecepatan angin kritis dapat digunakan rumus sebagai berikut :
Re (2.18)
Dimana :
V = kecepatan angin (cm/det)
= viskositas kinematik udara ( 0,15 cm2/det)
B = lebar dek jembatan (cm)
Untuk angka Reynold (Re dengan order 105-107) yang merupakan fungsi dari kecepatan angin V dan lebar dek B. Untuk mengurangi bahaya flutter sebaiknya menggunakan dek sekaku mungkin terhadap torsi dan menggunakan dua bidang kabel lateral yang digantung pada menara yang berbentuk A.